Perkembangan zaman menuntut kreativitas para pemilik bisnis untuk dapat terus menciptakan dan mengembangkan produk yang dapat menjawab kebutuhan masyarakat, serta memberikan pelayanan prima bagi mereka. Hal inilah yang membuat sebuah perusahaan dapat terus bertahan di tengah ketatnya persaingan bisnis.
Persaingan dalam dunia bisnis tidak hanya sebatas antara perusahaan yang sudah lama berdiri, namun juga dengan perusahaan-perusahaan yang masih baru beroperasi maupun yang sedang berkembang. Perusahaan seperti ini biasanya disebut dengan startup.
Istilah startup sendiri merupakan serapan dari bahasa Inggris yang memiliki arti perusahaan rintisan. Namun perusahaan rintisan yang disebut sebagai startup biasanya yang bergerak dalam industri teknologi informasi atau sejenisnya.
Istilah startup pertama kali digunakan dalam periode tahun 1998 hingga 2000. Dalam kurun waktu tersebut banyak bermunculan perusahaan baru yang bergerak di bidang situs internet atau dotcom. Maka dari itu, masa ini juga dikenal dengan periode dotcom bubble.
Bubble (gelembung) adalah istilah dalam ekonomi bisnis yang memiliki arti perdagangan suatu produk dalam volume yang besar, dan produknya memiliki nilai jual lebih tinggi daripada nilai intrinsik (nilai fundamental) produk itu sendiri.
Jadi, pada periode dotcom bubble, perusahaan-perusahaan situs internet yang namanya biasanya diawali e- atau diakhiri .com ini berkembang dengan sangat pesat, baik dari segi jumlah maupun nilai komersialnya, sehingga mampu menaikan indeks harga saham di negara industri secara signifikan dalam waktu yang singkat. Perusahaan inilah yang dijuluki startup.
Seiring dengan berjalannya waktu, istilah startup berkembang dan tidak hanya digunakan untuk menyebut perusahaan di bidang internet. Ada yang mengatakan bahwa startup adalah perusahaan apapun yang baru dirintis, perusahaan kecil, perusahaan yang cukup berkembang, dan lain sebagainya. Lalu apakah sebenarnya arti startup?
Definisi kata startup sebenarnya sangat luas dan belum jelas mana yang paling benar. Banyak ahli ekonomi bisnis menciptakan definisi dan tolak ukur yang berbeda-beda. Namun ada beberapa deskripsi tentang startup yang paling sesuai dengan keadaan di masa sekarang.
Perusahaan startup berawal dari sebuah impian 2 atau 3 orang dengan visi yang sama. Mereka ingin mewujudkannya menjadi kenyataan, bukan sekedar untuk kepentingan diri sendiri, namun juga untuk masyarakat luas.
Mereka berdiskusi dan melahirkan ide-ide brilian. Biasanya, mereka memiliki ketertarikan di bidang yang sama dengan perbedaan keunggulan masing-masing, sehingga mereka membutuhkan satu sama lainnya untuk dapat mewujudkan visi bersama mereka.
Ide-ide yang lahir dari perusahaan startup rata-rata merupakan ide yang tidak biasa. Produk atau pelayanan yang ditawarkan juga unik dan menarik, atau bahkan belum pernah ada. Tidak jarang juga pengusaha akan mencoba membuat bisnis yang evergreen sehingga akan selalu dibutuhkan oleh masyarakat.
Ide tersebut muncul karena penggagas ide ingin menciptakan suatu perubahan, misalnya untuk memudahkan orang memperoleh sesuatu, atau mengganti metode yang tradisional atau kuno.
Startup tidak selalu bergerak di industri teknologi informasi atau internet, namun sebagian besar perusahaan ini berbasis teknologi online untuk menjangkau pasar secara luas. Metode ini dinilai lebih efisien karena tidak perlu membangun tempat untuk berjualan.
Memang tidak sedikit pula startup yang menyediakan tempat berjualan, namun mereka tetap mengandalkan pemasaran secara online. Intinya adalah menjangkau konsumen dari berbagai penjuru tanpa perlu berkeliling ke seluruh penjuru dunia.
Karena baru merintis, startup membangun usahanya dengan modal mandiri, atau dibiayai oleh pemilik usaha sendiri, entah dari tabungan pribadi, ataupun bantuan orang-orang terdekat seperti keluarga atau sahabat.
Apabila modal terbatas, mereka akan menggunakan berbagai sumber daya pribadi untuk menunjang segala keperluan perusahaan, seperti menjadikan garasi rumah sendiri sebagai kantor, atau menggunakan barang-barang pribadi untuk fasilitas kantor.
Guna mendapatkan untung sebanyak-banyaknya dengan modal terbatas, perusahaan startup memiliki kecenderungan untuk "menjemput bola." Artinya, perusahaan tidak sekedar menunggu pelanggan datang untuk membeli produk atau menggunakan layanan yang disediakan, namun perusahaan melakukan pendekatan kepada calon konsumen agar tertarik dengan produk atau layanan perusahaan.
Salah satu contoh startup yang sukses di Indonesia adalah GoJek. GoJek hadir ke tengah-tengah masyarakat melalui aplikasi berbasis online yang dapat diunduh siapapun melalui smartphone masing-masing. Cara ini membuat masyarakat tidak ragu untuk mencoba menggunakan layanan GoJek yang mudah didapatkan dari ponsel pribadi mereka.
Pemilik usaha rintisan menjalankan sekaligus mempelajarinya bisnisnya. Yang dimaksud dengan belajar adalah mencari tahu target pasar, kebutuhan pasar, dan metode pemasaran yang paling sesuai dengan bisnis mereka.
Seiring berjalannya waktu, mereka akan terus melakukan pembaharuan dan berinovasi untuk memperoleh produk yang "sempurna" bagi masyarakat luas. Semakin mereka mampu memahami kebutuhan masyarakat, semakin perusahaan mampu menciptakan produk yang pasti dibutuhkan dan pasti laku.
Perusahaan baru biasanya belum memiliki banyak relasi untuk kerjasama bisnis. Keterbatasan ini membuat startup terus berusaha untuk membangun relasi sebanyak mungkin.
Jalinan kerjasama yang luas akan membantu mereka untuk lebih cepat mencapai tujuan, mendapatkan keuntungan, dan menjangkau pasar yang lebih besar.
Seiring berjalannya waktu dan perkembangan perusahaan, dana yang diperlukan untuk mendukung kelangsungan bisnis juga akan lebih besar. Karena itu, perusahaan startup membutuhkan investor.
Investor akan menanam modal untuk mendanai usaha yang berpotensi tinggi untuk bisa segera balik modal dan beresiko rendah. Untuk itulah, bekerja di perusahaan startup menuntut kreativitas tinggi untuk menciptakan produk atau jasa yang dapat memberi keuntungan. Bisnis startup biasanya bisa dinilai memberi keuntungan setelah 2 hingga 3 tahun berjalan.
Perusahaan baru tentunya belum memiliki dasar pengelolaan bisnis yang kuat, resolusi yang jelas untuk setiap permasalahan yang muncul, dan juga belum pasti sukses memberikan keuntungan.
Tidak semua perusahaan startup dapat bertahan hingga lebih dari 5 atau 10 tahun keatas. Biasanya yang menjadi kendala terbesarnya adalah ketersediaan dana operasional.
Dikarenakan keterbatasan dana dan ketidakpastian bisnis, perusahaan yang baru dirintis biasanya dikelola sendiri oleh pemilik usaha. Ia akan mengerjakan semuanya sendiri. Sekalipun ada pekerja lain, biasanya orang-orang terdekat mereka sendiri yang bisa mereka percaya.
Jika usaha cukup berkembang, perusahaan akan mempekerjakan beberapa pegawai untuk menunjang berjalannya aktivitas bisnis. Pertambahan jumlah pegawai atau karyawan ditentukan oleh peningkatan pendapatan atau keuntungan yang bisa perusahaan peroleh.
Perusahaan startup pada tahap awal memang tidak menawarkan gaji tinggi atau fasilitas penunjang lainnya yang menjanjikan bagi karyawannya karena keterbatasan dana, namun mereka menawarkan kenyamanan kerja.
Contoh kenyamanan kerja yang dimaksud adalah seperti lingkungan kerja yang serasa di rumah sendiri, menyediakan dapur dan bahan makanan untuk dimasak dan dimakan bersama, atau jam kerja yang fleksibel. Hal sederhana ini mampu meningkatkan rasa kekeluargaan di perusahaan, sehingga kantor akan terasa seperti rumah kedua mereka.
Itulah beberapa ciri umum startup yang dapat dijadikan acuan apakah suatu perusahaan merupakan startup atau bukan. Perusahaan baru tidak lagi dianggap sebagai startup apabila asetnya sudah diperhitungkan dalam bursa saham.